
Palemahan.com-Suasana di kawasan Juata Permai, Tarakan Utara, mendadak tegang pada Jumat (31/10) pagi. Puluhan warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan di sekitar area industri milik PT Prima Rejeki Inti (PT PRI) mendatangi kantor perusahaan pengolahan bubur kayu tersebut. Mereka menuntut janji penyelesaian lahan yang dinilai belum juga terealisasi, meskipun telah melalui kesepakatan resmi beberapa waktu lalu.
Sekitar 30 warga dari RT 01 Kelurahan Juata Permai membawa spanduk bertuliskan “Lihat Kebunku Penuh Limbah”, sebagai bentuk sindiran terhadap dampak lingkungan dari aktivitas industri di wilayah mereka. Dengan nada satir, warga bahkan menyanyikan lagu anak-anak “Lihat Kebunku” yang liriknya diubah untuk menyampaikan protes kepada pihak perusahaan.
Seperti dikutip dari detikcom, massa semula datang dengan tertib untuk menghadiri pertemuan yang dijadwalkan pukul 09.00 WITA. Namun, karena tidak kunjung ditemui oleh pihak manajemen PT PRI, situasi mulai memanas. Warga kemudian bergerak menuju jalur akses pembuangan limbah dan memblokade jalan tersebut dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
Beberapa spanduk protes diikat di mobil sebagai simbol bahwa akses jalan itu kini berada di bawah kendali warga. Aksi ini mendapat dukungan penuh dari Lembaga Adat Tidung Ulun Pagun (Latup) Kota Tarakan, yang turut hadir memberikan pendampingan. Ketua Latup, H. Abdul Wahab, bersama sejumlah anggota lembaga adat, terlihat menenangkan massa sekaligus menegaskan bahwa perjuangan warga dilakukan secara damai namun tegas.
Juru bicara warga, Yapdin, menyebut bahwa kesabaran masyarakat sudah habis. Ia menilai PT PRI tidak menunjukkan itikad baik dalam menindaklanjuti perjanjian yang telah ditandatangani bersama. “Sudah 30 hari sejak surat perjanjian dibuat, tapi belum ada tindakan nyata dari perusahaan. Malah sekarang mereka membuka jalur baru menuju lokasi pembuangan limbah,” tegasnya.
Warga berharap pihak PT PRI segera memenuhi komitmen yang telah disepakati tanpa perlu menunggu aksi lanjutan. Mereka menegaskan, jika tuntutan tak dipenuhi, blokade akan tetap diberlakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.
Peristiwa ini menjadi sorotan publik di Tarakan, mengingat konflik antara warga dan perusahaan industri sering kali dipicu oleh persoalan lahan serta dampak lingkungan. Banyak pihak berharap pemerintah daerah dapat segera turun tangan memediasi kedua belah pihak agar permasalahan tidak semakin meluas dan mengganggu aktivitas sosial maupun ekonomi warga setempat.
SUMBER :DETIKCOM










VIDEO
