
Palemahan.com-Dalam langkah nyata untuk menuntaskan persoalan sampah yang selama ini menjadi tantangan di wilayahnya, Pemerintah Kabupaten Jombang mengambil inisiatif baru dengan meluncurkan program bernama Gerakan Sampah Sayang. Program ini secara resmi diumumkan dalam rangkaian peringatan Hari Jadi ke-115 Kabupaten Jombang, yang digelar di alun-alun kota pada hari Minggu sore. Program ini bukan sekadar seremonial, melainkan ajakan kolaboratif yang melibatkan lembaga lingkungan hidup serta tahapan dari rumah ke rumah.
Melalui kerja sama antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang dan jaringan organisasi wanita PKK, gerakan ini menargetkan perubahan pola pikir masyarakat — khususnya ibu-ibu rumah tangga — dalam menangani sampah di tingkat paling bawah, seperti RT/RW, dusun maupun desa. Dalam acara peluncuran tersebut hadir Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jombang, Yuliati Nugrahani Warsubi, Kepala DLH Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum, bersama para pengurus PKK hingga tingkat kecamatan dan desa.
Kepala DLH, Miftahul Ulum, memaparkan fakta mencemaskan: hingga semester pertama tahun 2025 ini, pengelolaan sampah baru mencapai sekitar 50,3 persen dari seluruh timbunan di kawasan Kabupaten Jombang. Yang menjadi perhatian khusus, dari keseluruhan sampah tersebut sekitar 80 persen berasal dari aktivitas rumah tangga. Menurutnya, hal ini menandakan bahwa selama ini pengelolaan sampah masih sebatas “kumpul-angkut-buang”, sementara solusi ideal menuntut keterlibatan dari hulu sampai hilir — mulai dari kesadaran individu, pemilahan, hingga proses akhir.
Melalui program “Sampah Sayang”, Pemkab Jombang ingin mengajak masyarakat agar melihat sampah bukan sebagai beban semata, melainkan sebagai potensi yang dapat dikelola. Beberapa inisiatif yang disorot antara lain pembentukan bank sampah, pengolahan sampah organik menjadi kompos, serta daur ulang sampah anorganik. Di sisi lain, potensi timbulan sampah disebut-sebut mencapai sekitar 530 ton per hari — namun kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya mampu menampung sekitar 150 ton per hari. Kondisi ini memperjelas adanya celah besar antara timbulan dan kemampuan pengelolaan.
Dalam rangka menutup kesenjangan tersebut, Pemkab telah mengkomitmenkan diri untuk membangun minimal empat TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) serta mendorong seluruh sekolah agar terlibat melalui program Adiwiyata. Lebih lanjut, melalui sosialisasi yang dilakukan TP PKK Bidang Lingkungan Hidup, Ibu Octadella Bilytha Permatasari menyampaikan bahwa pendekatan ekonomi juga menjadi bagian penting — yakni bagaimana sampah yang telah dipilah bisa menjadi sumber penghasilan bagi keluarga dan komunitas.
Dalam prosesnya, program ini juga mengadopsi prinsip sederhana namun efektif: 3AH — “Mencegah”, “Memilah”, dan “Mengolah”. Contoh nyata: membawa tas belanja sendiri agar tak menghasilkan sampah plastik, memilah sampah di rumah sebelum dibuang, dan mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai — misalnya keranjang “Sampah Sayang” dari PKK yang memotivasi masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, melainkan mengolahnya secara lokal.
Penandatanganan kerjasama antara PKK Kabupaten Jombang, DLH, dan Bank Sampah Induk Jombang secara simbolis menandai dimulainya gerakan ini. Sebagai penutup acara, dilakukan flashmob “Sampah Sayang” yang memberikan semangat baru bagi seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan berkelanjutan. Motto yang diusung pun menyentuh: “Sampah Disayang, Lingkungan Tenang, Keluarga Senang”.
Dengan demikian, program ini tidak hanya sebatas himbauan tetapi ajakan nyata agar setiap warga, dari ibu rumah tangga hingga pelajar, serta dari RT hingga pemerintah desa, bisa menjadi agen perubahan dalam siklus pengelolaan sampah. Karena pada akhirnya, pengelolaan sampah yang baik bukan hanya soal kebersihan kota, tapi juga soal kualitas hidup, kesehatan keluarga, dan masa depan generasi mendatang.
SUMBER : SUARAJATIMPOST










VIDEO
