
Palemahan.com- Di tengah masalah sampah plastik yang semakin menumpuk, hadir inovasi baru bernama bioplastik. Jenis plastik ini disebut ramah lingkungan karena bisa terurai secara alami oleh mikroorganisme dan terbuat dari bahan-bahan yang bisa diperbarui, seperti pati singkong, jagung, minyak nabati, hingga selulosa.
Tidak seperti plastik biasa yang butuh ratusan tahun untuk hancur, bioplastik bisa lebih cepat terurai tanpa meninggalkan zat berbahaya. Bahkan, saat terurai, materialnya dapat menambah unsur hara yang membuat tanah lebih subur.
Kelebihan Bioplastik
Beberapa keunggulan bioplastik dibanding plastik konvensional, antara lain:
Lebih mudah terurai di alam.
Tidak menghasilkan zat beracun saat dibakar.
Bisa menambah kesuburan tanah.
Tahan terhadap uap air dan cocok dipakai untuk kemasan makanan.
Kekurangan Bioplastik
Meski ramah lingkungan, bioplastik masih memiliki keterbatasan. Biaya produksinya cenderung lebih mahal dibanding plastik konvensional. Dari sisi fisik, bioplastik juga belum setangguh plastik biasa karena mudah patah, kurang elastis, serta tidak tahan panas.
Cara Membuat Bioplastik
Proses pembuatan bioplastik ternyata tidak serumit plastik sintetis. Ada beberapa metode yang biasa digunakan, di antaranya:
1. Berbasis pati atau selulosa – bahan alami dicampur dengan pelarut (seperti air atau etanol), ditambah plasticizer seperti gliserol, kemudian dicetak dan dikeringkan.
2. Metode Yamada (1995) – protein jagung (zein) dilarutkan dalam etanol, diberi plasticizer, dipanaskan 60–70°C, lalu dicetak dan dikeringkan.
3. Metode Frinault (1997) – menggunakan kasein yang dicampur dengan aseton atau etanol, lalu dicetak dengan alat ekstruder sebelum dikeringkan.
Solusi Plastik Masa Depan
Hadirnya bioplastik menjadi salah satu langkah nyata mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai. Meski masih menghadapi tantangan produksi dan biaya, bioplastik diyakini punya prospek besar sebagai solusi masa depan untuk mengatasi krisis sampah plastik global.