
Palemahan.com-Upaya Indonesia dalam memperkuat diplomasi lingkungan hidup kembali mendapat sorotan dunia. Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq, menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan Amanda Berry CBE, CEO The Royal Foundation of The Prince and Princess of Wales, di Rio de Janeiro, Brasil.
Penandatanganan tersebut dilakukan usai pertemuan pribadi Menteri Hanif dengan Pangeran William, dan menjadi langkah penting dalam mempererat kemitraan antara Indonesia dan Inggris di bidang konservasi keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan, serta pemberantasan kejahatan lingkungan lintas negara.

Dalam keterangannya, Hanif Faisol menegaskan pentingnya dukungan global untuk menjaga ekosistem alam Indonesia yang dikenal sebagai salah satu yang terkaya di dunia.
“Dukungan dari The Royal Foundation akan memperkuat upaya kami dalam melindungi keanekaragaman hayati serta menindak tegas pelaku kejahatan lingkungan,” ujar Hanif.

“Bersama, kita dapat membangun sistem pengelolaan yang lebih tangguh dan merespons ancaman terhadap ekosistem dengan lebih efektif.”
Sementara itu, Amanda Berry menyampaikan apresiasi atas komitmen Indonesia dalam menjaga alam dan lingkungan hidup.
“Perlindungan alam menuntut kolaborasi global yang nyata. Indonesia adalah rumah bagi banyak ekosistem penting dunia, dan melalui kerja sama ini, kami berharap bisa memperkuat kapasitas, sinergi, serta tindakan bersama untuk menjaga bumi bagi generasi mendatang,” katanya.
Kemitraan strategis ini tidak hanya berfokus pada pelestarian satwa dan hutan, tetapi juga membuka peluang baru dalam pembiayaan hijau, penguatan penegakan hukum lingkungan, serta kolaborasi sektor swasta dan lembaga keuangan internasional untuk mendukung proyek berkelanjutan.
Dalam dialognya, Menteri Hanif juga menyinggung beberapa tantangan nyata di lapangan, seperti upaya penyelamatan harimau Sumatra, badak Kalimantan yang kini tersisa hanya dua individu betina, serta populasi pesut Mahakam yang diperkirakan tinggal sekitar 64 ekor.
“Kerja sama internasional sangat penting agar spesies langka ini tidak hanya bertahan di catatan sejarah, tetapi tetap hidup di alam Indonesia,” tegasnya.
Melalui kesepakatan yang ditandatangani di Rio de Janeiro ini, Indonesia menegaskan posisinya sebagai garda depan diplomasi lingkungan global, dengan semangat membangun masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan adil bagi seluruh makhluk hidup di bumi.
SUMBER : KEMENLH










VIDEO
