Palemahan.com – Hujan deras yang mengguyur Bali sejak Selasa (9/9/2025) hingga Rabu (10/9/2025) memicu banjir bandang dan tanah longsor di berbagai wilayah. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Bali, tercatat lebih dari 120 titik terdampak bencana.
Kota Denpasar menjadi daerah paling parah dengan 81 titik banjir. Sementara itu, Gianyar mencatat 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik, serta Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik banjir. Selain itu, terdapat 18 titik longsor, dengan Karangasem sebagai wilayah terdampak terbesar.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa ada dua faktor utama yang memperparah bencana kali ini, yaitu penumpukan sampah dan alih fungsi lahan.
“Banyak saluran air tersumbat oleh sampah sehingga memperparah banjir. Kita perlu gerakan bersama dengan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan,” kata Hanif, Kamis (11/9/2025).
Selain persoalan sampah, pembangunan hotel, vila, cottage, hingga perumahan di lereng bukit dan persawahan dinilai turut memperlemah daya dukung lingkungan. Menurutnya, perubahan tata ruang ini meningkatkan risiko bencana di Pulau Dewata.
“Setiap kali landscape terganggu, alam akan mengkalibrasi, salah satunya melalui bencana,” tegas Hanif.
Ia juga mengungkapkan sudah mengingatkan Gubernur Bali I Wayan Koster agar lebih berhati-hati dalam memberi izin pembangunan baru. Saat ini, Kementerian Lingkungan Hidup tengah mengkaji tata ruang Bali secara menyeluruh untuk mencegah terulangnya bencana serupa.
Hanif dijadwalkan akan meninjau langsung lokasi terdampak banjir bandang di tujuh kabupaten/kota. Sebelumnya, tim Kementerian Lingkungan Hidup telah dikerahkan untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam upaya penanganan pascabencana.