
Palemahan.com-Aksi nyata peduli lingkungan kini makin keren dan modern. Nggak cuma lewat kampanye hijau, tapi juga lewat teknologi digital. Salah satu yang lagi jadi sorotan adalah aplikasi lingkungan hidup bernama Octopus, yang digagas oleh aktor sekaligus pegiat lingkungan, Hamish Daud. Baru-baru ini, startup ramah lingkungan itu berhasil mengantongi pendanaan hingga Rp74,9 miliar dari investor besar seperti Openspace, SOSV, dan sejumlah angel investor dari dalam maupun luar negeri.
Aplikasi Octopus bukan sekadar platform biasa, tapi wadah yang menghubungkan masyarakat dengan sistem pengelolaan limbah dan daur ulang yang lebih modern. Diluncurkan pada tahun 2021 oleh Hamish Daud bersama rekan-rekannya — Moehammad Ichan, Dimas Ario, Niko Adi Nugroho, dan Rizki Mardian — aplikasi ini hadir untuk membantu mengatasi persoalan sampah yang terus meningkat di berbagai kota Indonesia.
Konsepnya sederhana tapi berdampak besar. Melalui aplikasi Octopus, pengguna bisa menjual barang bekas atau limbah rumah tangga ke mitra industri daur ulang. Jadi, barang yang tadinya dianggap sampah bisa punya nilai ekonomi lagi. Di sisi lain, Octopus juga menyediakan data pelaporan untuk perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods), sehingga mereka bisa lebih transparan dan bertanggung jawab terhadap limbah produknya.
Yang bikin aplikasi ini makin menarik, Octopus nggak cuma memikirkan soal bisnis, tapi juga kesejahteraan para pengumpul sampah, yang di sini disebut “pelestari”. Mereka mendapatkan seragam, handphone, dan bahkan perlindungan BPJS. Setiap kali mereka berhasil mengumpulkan dan menyetorkan limbah melalui sistem Octopus, mereka akan mendapat poin yang bisa ditukar dengan kebutuhan sehari-hari.
Menurut Hamish Daud, pelestari yang aktif bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp10 juta per bulan, angka yang luar biasa bagi banyak pekerja di sektor informal. “Kami ingin membuktikan bahwa menjaga lingkungan juga bisa jadi sumber penghasilan yang layak,” ujar Hamish dengan penuh semangat.
Dana segar yang baru dikucurkan akan digunakan untuk memperkuat sistem teknologi Octopus sekaligus memperluas jangkauan aplikasinya ke lebih banyak kota di Indonesia. Targetnya, pada tahun 2024, Octopus bisa memiliki lebih dari 100 ribu pelestari aktif dan satu juta pengguna.
Dengan konsep ekonomi sirkular, Octopus bukan cuma sekadar startup, tapi juga gerakan sosial digital yang membuktikan kalau teknologi dan kepedulian lingkungan bisa berjalan beriringan. Aplikasi lingkungan hidup ini berhasil menyentuh banyak sisi: ekonomi masyarakat bawah, tanggung jawab industri, dan tentunya kelestarian alam.
Kisah sukses Octopus ini jadi bukti bahwa menjaga bumi bisa dilakukan lewat sentuhan inovasi. Lewat aplikasi ramah lingkungan seperti ini, masa depan pengelolaan sampah Indonesia jadi terlihat lebih cerah — bersih, berkelanjutan, dan pastinya lebih bermartabat.
SUMBER : BERBAGAI SUMBER










VIDEO
