
Palemahan.com-Pulau kecil nan cantik di Maluku ini kembali jadi pusat aksi kerjasama: ribuan relawan dari berbagai latar berkumpul di Pantai Tita untuk acara besar-besaran dalam rangka memperingati World Cleanup Day (WCD) 2025 — sebuah langkah nyata supaya laut, pantai, dan warisan budaya di Banda Neira tetap lestari.
Dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup / Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) ini, hadir mulai dari pemerintahan Kecamatan Banda Neira, civitas akademika, mahasiswa, tokoh adat hingga masyarakat umum. Semua bergerak bareng-bareng dengan satu suara: jangan biarkan sampah menghancurkan keindahan alam dan situs bersejarah ini.
Kenapa Banda Neira Perlu Aksi Ini?
Pulau ini bukan cuma cantik dipandang mata — Banda Neira punya nilai sejarah yang tinggi, ekosistem laut yang unik, dan menyimpan potensi wisata besar. “Banda Neira adalah destinasi wisata dan tempat bersejarah yang keindahan dan nilai sejarahnya tak ternilai,” ujar Azri Rasul, Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi dan Maluku.
Sayangnya, semakin populer dan semakin banyak pengunjung, sampah plastik – terutama yang mengancam terumbu karang dan habitat laut – juga semakin banyak menjejaki pulau ini. Dalam aksi hari ini saja, relawan berhasil mengangkat 494,55 kilogram sampah dari pantai-pantainya di Banda Neira.
Aksi Lebih dari Sekadar Mengangkat Sampah
Gerakan WCD di Banda Neira tidak hanya soal kuantitas—banyaknya kilogram yang diangkat—tapi soal kualitas pengelolaan sampah dan perubahan mindset masyarakat. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan infrastruktur. Perubahan perilaku masyarakat adalah kunci,” tegas Azri Rasul.
Salah satu langkah konkret yang muncul dari aksi ini adalah pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Di Banda Neira, misalnya, terdapat Bank Sampah yang dikelola oleh komunitas lokal: Yayasan Bank Sampah Banda Neira Mandiri. Mereka melayani sekitar 700 nasabah dan mengolah sampah non-organik hasil pembersihan menjadi barang yang bisa dipakai atau dijual kembali.
Jangan Hanya Hari Ini — Tapi Harus Jadi Kebiasaan
Yang paling penting: aksi ini bukan cuma acara sehari. Harapannya, kegiatan bersih-bersih seperti ini makin sering terjadi dan akhirnya menjadi bagian dari budaya di pulau ini. Komitmen bersama hadir dari mahasiswa, komunitas lokal, dan pemerintah Kecamatan Banda Neira. “Sampahmu tanggung jawabmu, tetapi bumi tanggung jawab kita semua,” ujar Yaya dari Konsorsium Banda Berbudaya, mengingatkan agar setiap individu ikut bertanggung jawab.
Dengan hampir setengah ton sampah berhasil diangkat, Banda Neira kembali punya napas lega untuk menikmati keindahan alam dan sejarahnya — namun tantangan masih besar. Keberlanjutan aksi bergantung pada kesadaran kolektif dan komitmen pribadi setiap orang: menjaga kebersihan bukan karena disuruh, tapi karena peduli dan sayang bumi.
SUMBER : KEMENLH










VIDEO
