Palemahan.com – Krisis air bersih yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Mojokerto setiap musim kemarau kembali terjadi. Untuk membantu warga, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyalurkan 300 tangki atau setara 1,2 juta liter air bersih mulai 4 September hingga 8 Oktober 2025.
Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, Rinaldi Rizal Sabirin, menjelaskan bantuan tersebut disalurkan ke tiga desa yang menjadi langganan kekeringan, yakni Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah (MG) di Kecamatan Ngoro, serta Desa Duyung di Kecamatan Trawas. Setiap hari, distribusi dilakukan dengan rincian empat tangki ke Desa Kunjorowesi dan masing-masing tiga tangki ke Desa Manduro MG serta Desa Duyung.
“Total ada 2.599 keluarga atau sekitar 6.459 jiwa yang terdampak. Semoga bantuan ini meringankan beban warga,” ujar Rinaldi, Sabtu (20/9/2025).
Warga Terpaksa Hemat Air
Data BPBD mencatat, krisis air bersih dialami 1.499 KK (3.034 jiwa) di Kunjorowesi, 597 KK (1.861 jiwa) di Manduro MG, dan 503 KK (1.564 jiwa) di Duyung. Selama musim kemarau, warga hanya bisa mengandalkan penyaluran air tangki dan pasokan terbatas dari sumber air luar desa.
Kepala Desa Duyung, Jurianto Bambang Siswantoro, menyebut warganya sudah 15 tahun lebih menghadapi kekeringan. Debit air dari sumber utama di Dusun Duyung turun hingga 50 persen setiap kemarau. Warga bahkan harus menunggu giliran air yang dialirkan melalui pipa sepanjang 3,5 km dari Desa Tamiajeng.
“Untuk mendorong air ke permukiman, butuh pompa listrik. Kami berharap ada bantuan panel surya agar biaya listrik tidak membebani warga,” kata Jurianto.
Usulan Solusi Permanen
Hal serupa disampaikan Kepala Desa Kunjorowesi, Susi Darsono. Menurutnya, sekitar 1.700 keluarga di Dusun Kunjoro dan Kandangan hanya bisa mendapat giliran air setiap enam hari sekali. Selama ini, air bersih dipompa dari Sumber Lumpang di Desa Duyung melalui pipa sepanjang 11 km, dengan biaya listrik mencapai Rp8 juta per bulan.
“Sejak saya kecil, desa ini tidak punya sumber air. Warga biasanya menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Kami sangat berharap ada pipanisasi tambahan dan pompa tenaga surya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Manduro MG, Eka Dwi Firmansyah, menuturkan sekitar 600 KK atau 3.000 jiwa di Dusun Buluresik dan Gajah Mungkur hanya mendapat pasokan air dari Dusun Genting, Desa Wotanmas Jedong. Itu pun air mengalir hanya tiga hari sekali dengan debit kecil.
“Sebagian warga terpaksa mengambil air dengan jerigen dari pabrik terdekat sejauh 2 km. Kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 17 tahun,” jelas Eka.
Harapan Warga Mojokerto
Ketiga pemerintah desa kompak mengusulkan pipanisasi dari Sumber Lumpang di Desa Duyung sebagai solusi jangka panjang. Mereka juga mendorong penggunaan pompa listrik tenaga surya untuk menekan biaya operasional, sekaligus memastikan distribusi air bersih lebih merata di musim kemarau.
Sumber : Detik.com