
Palemahan.com- Laporan terbaru mengenai negara paling hijau di dunia tahun 2025 menempatkan Swedia di posisi pertama. Negara Skandinavia itu unggul dalam kualitas udara, pengelolaan ekosistem, serta penerapan kebijakan ramah lingkungan yang konsisten.
Seperti dikutip dari Greenmatch, riset yang dirilis oleh lembaga internasional menggabungkan empat indikator utama, yaitu Environmental Performance Index (EPI) dari Yale University, Green Future Index (GFI) dari MIT, data emisi karbon per kapita dari Joint Research Centre Uni Eropa, serta kualitas udara berdasarkan pemantauan IQAir. Dari 69 negara yang dianalisis, Swedia berhasil meraih skor tertinggi.
Negeri dengan populasi sekitar 10 juta jiwa ini hanya mencatat konsentrasi polusi udara PM2.5 sebesar 6,6 μg/m³, salah satu yang terendah di dunia. Tak hanya itu, pemerintah Swedia juga aktif melindungi kawasan laut, memperkuat sistem energi terbarukan, dan berkomitmen mencapai target iklim jangka panjang.
Di bawah Swedia, Denmark berada di posisi kedua berkat sistem pengelolaan limbah dan sanitasi modern, sementara Inggris Raya menempati posisi ketiga dengan komitmen kuat menuju net zero emission pada 2050. Negara Eropa lain seperti Finlandia, Swiss, Prancis, Islandia, Norwegia, dan Irlandia juga masuk daftar sepuluh besar. Menariknya, Costa Rica menjadi satu-satunya negara non-Eropa yang berhasil menembus peringkat atas karena keberhasilan menjaga hutan tropis dan kualitas udara bersih.
Sebaliknya, sejumlah negara masih tertinggal jauh. Qatar menempati peringkat terbawah karena emisi karbon per kapita yang sangat tinggi serta kualitas udara yang buruk. Negara lain seperti Iran, Turki, Arab Saudi, dan Cina juga masuk daftar sepuluh negara dengan performa lingkungan terendah.
Bagaimana dengan Indonesia? Dalam laporan ini, Indonesia belum mampu menembus peringkat atas dan masih berada di kelompok negara dengan skor rendah. Meskipun tingkat emisi karbon per kapita lebih rendah dibanding negara kaya minyak, kualitas udara di beberapa kota besar dan rendahnya capaian indikator lingkungan membuat posisi Indonesia kurang menggembirakan.
Pengamat lingkungan menilai, hasil ini seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat. “Indonesia punya potensi besar menjadi lebih hijau. Namun, tanpa kebijakan tegas dalam energi bersih, pengelolaan limbah, serta pengawasan ketat terhadap polusi, sulit bagi kita untuk naik peringkat,” ujar salah satu akademisi lingkungan dari Jakarta.
Laporan ini menegaskan bahwa negara yang berhasil menjaga kualitas lingkungan umumnya memiliki strategi jelas, mulai dari investasi pada energi terbarukan, transportasi rendah emisi, hingga kebijakan pengelolaan sampah yang ketat. Untuk Indonesia, langkah-langkah seperti memperluas energi hijau, mengurangi ketergantungan pada batu bara, dan meningkatkan kesadaran masyarakat menjadi kunci dalam memperbaiki peringkat di masa mendatang.
SUMBER : GREENMATCH